Ogolali, ketika menyebut nama itu terbayangkan di
benak kami desa yang terpencil jauh darimana-mana dengan akses yang sulit,
tidak ada listrik, tidak ada sinyal, tidak ada tenaga kesehatan, dan tidak ada
fasilitas kesehatan. Begitulah Ogolali, dengan penuh pepohonan yang rindang
disana, salak, durian, dan langsat tumbuh subur disana. Desa itu mempunyai
tiga dusun, yaitu dusun satu, dusun dua Lembah Harapan, dan dusun tiga
Pangkung. Setiap dusun mempunyai karakteristik masyarakat yang khas dan unik.
Di dusun satu dan dusun dua sebagian besar masyarakatnya asli Dampal Utara, yaitu suku dondo, dimana mereka hidup nomaden dan
pekerjaannya hanya mencari kelapa, dan sebagian dari mereka adalah tuna aksara.
Dusun tiga lebih maju karena penduduk disana adalah suku bugis yang menjadi
petani salak dan tingkat pendidikan serta ekonomi mereka lebih tinggi. Sekilas tentang Desa Ogolali, pasti
terbayangkan bagaimana kondisi di desa itu. Walaupun masyarakat dengan pendidikan
yang rendah,tetapi kesadaran mereka (masyarakat dusun tiga) akan kesehatannya masih
lumayan dibandingkan dengan dusun yang lain dan didukung dengan aparat desa
yang bagus, menjadi modal bagi kita untuk membantu memecahkan permasalahan
kesehatan di desa tersebut.
MMD, Musyawarah Masyarakat Desa, dimana yang
seharusnya diadakan sebelum Musrembang Desa, kami bersama Tim Puskesmas
melaksanakannya setelah Musrembang Desa. Sesal pun menyergap, karena ketidaktahuan kami dan dibalik
semua itu bisa diambil pelajaran yang sangat penting yang nantinya akan menjadi
masukan untuk PN 3. MMD membahas permasalahan kesehatan di desa tersebut, yang
nantinya hasil dari MMD ini akan dibawa ke Musrembang tingkat desa, dimana ketika
Musrembang hadir banyak pemangku kepentingan, seperti Pak Camat, PNPM, dan pengawas dari Kabupaten.
Diawal penggalian masalah sempat kami mengalami sedikit
kesulitan untuk menentukan metodenya. Akhirnya kami putuskan untuk melakukan wawancara
dengan Kades dan sebagian kader dalam penggalian masalah. Dengan penuh
perjuangan, bolak balik ke desa itu dengan jarak tempuh 105 km dan waktu tempuh
1 jam, kami selalu disambut Kepala Desa dengan kehangatan. Ketika kami ingin
menghubungi Kepala Desa untuk bertemu dengan beliau membahas masalah kesehatan,
yang hanya bisa dihubungi adalah Pak Andika. Ya, hanya dia, karena hanya
dirumahnya sajalah yang ada sinyal telepon seluler, entah bagaimana ceritanya
bisa begitu. Sedangkan masyarakat yang lain jika ingin menelpon harus turun ke
desa lain. Kami juga terbantu dengan
data yang diberikan dari PN 1 dalam memetakan masalah kesehatan di desa itu.
Akhirnya kami tahu akar masalah kesehatan di desa ini, yakni tenaga kesehatan.
Tingginya angka non linakes dan faskes, BABS, rendahnya cakupan imunisasi dan
D/S, masalah kesehatan disini pun menjadi sangat kompleks. Masyarakat yang
sebagian besar rendah akan tingkat kesadaran kesehatannya, adat istiadat dan
kepercayaan yang masih kuat membuat sistem yang telah dibangun pun sulit
terealisasikan. Contohnya adalah rumah singgah yang pemanfaatannya masih sangat
kurang sekali, dikarenakan adat dan kepercayaan yang masih kuat (terutama Suku Dondo), yaitu setelah
melahirkan tidak boleh turun tanah selama 7 hari. Oleh karena itu, Pak Kades
pun memohon kebijakan kepada Puskesmas, boleh melahirkan di rumah dan tetap
diberlakukan Jampersal. Dari sini kamipun banyak belajar cara pendekatan ke
masyarakat terutama suku asing tersebut dari Pak Kades. “Mengalahlah untuk
sementara waktu. Dengan kita mengikuti kepercayaan mereka, kita akan bisa memenangkan
hatinya”, pesan dari Pak Kades. Membangun trust pada masyarakat suku
dondo sangatlah sulit, jadi dengan pendekatan itu, akhirnya mereka mau diajak
kerjasama dengan masyarakat Desa Ogolali lainnya.
Hari yang ditunggu pun telah tiba, MMD. Kami
sebagai penanggung jawab MMD (Witri dan Nia) berangkat terlebih dahulu dengan
naik motor dinas kami, yang direncanakan rombongan Tim Puskesmas lainnya menggunakan ambulance. Sampai disana, kita malu, karena kita datang terlambat,
yaitu jam 09.15 WITA, sedangkan acara dituliskan jam 09.00 WITA, walaupun
pesertanya baru 5 orang saja. Harap-harap cemas menunggu kedatangan rombongan
Tim Puskesmas yang lainnya, tak henti melihat jarum jam yang tak bosan
melangkahkan jarumnya. Detik demi detik, menit demi menit kita menunggu,
akhirnya kami berdiskusi untuk memulai acara tepat jam 10.00 WITA. Dengan
perasaan yang campur aduk, antara cemas dan merasa bersalah pada Pak Kades dan
masyarakat Ogolali, kamipun akhirnya memulai acara itu. Dengan keterbatasan,
kami hanya menggunakan kertas karton dan spidol dalam acara tersebut. Setengah
jam acara berlangsung, amunisi kekuatan kami pun bertambah dengan kedatangan
Tim Puskesmas, walaupun sedikit kecewa dengan ketidakhadiran Kepala Puskesmas.
Dengan kondisi masyarakat yang rendah kesadarannya akan kesehatan, diskusipun
menjadi sepi dan garing seperti kerupuk, kriuk-kriuk. Witri sebagai pemandu diskusi
pun bersabar, dan akhirnya muncullah kesepakatan yang dirumuskan bersama dengan
masyarakat Desa Ogolali.
Suasana MMD di Balai Desa Ogolali |
Masalah Kesehatan:
1. Penimbangan balita yang kurang di Posyandu
2. Jamban keluarga yang kurang
3. Tidak ada nakes dan faskes
4. Banyak nyamuk
5. Persalinan di rumah yang masih tinggi
6. Kenakalan remaja
Solusi masalah :
1. Sweeping penimbangan balita
2. Pembuatan jamban keluarga sederhana secara mandiri
3. Dijadwalkan nakes untuk bertugas di Ogolali secara bergantian
4. Ambulance des : motor Bapak Andika
5. Bakti bersih di hari Sabtu
6. Apabila ada yang bersalin, menghubungi bidan terdekat dan dukun
7. Penyuluhan dengan kerjasama lintas sektor
Dan setelah dirumuskan, kami berharap itu semua
tidak hanya menjadi tulisan di atas kertas, tetapi benar-benar dilaksanakan
oleh masyarakat dan Puskesmas.
Foto bersama setelah MMD |
Red: Rumah singgah adalah rumah
warga yang bersedia dijadikan fasilitas kesehatan untuk sementara dan disepakati
bersama oleh masyarakat sebagai UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat),
dengan syarat rumah tersedia listrik dan WC. Disini melayani KB, pelayanan
kesehatan, pemeriksaan bumil, dan persalinan.
Created by Ainiatuz Zulfa
0 komentar:
Posting Komentar