Puskesmas Ogotua merupakan
satu-satunya Puskesmas Induk di Kecamatan Ogotua yang menjangkau 11 desa
dengan dua desa di Pulau Simatang dan satu dusun di Pulau Lingayan yang
berbatasan langsung dengan Laut Malaysia. Jangkauan wilayah kerja Puskesmas
Ogotua termasuk pada beberapa wilayah yang termasuk Daerah Perbatasan Terpencil
dan Kepulauan (DTPK). Salah satu dusun yang termasuk DTPK di kecamatan Dampal
Utara adalah dusun Luso di desa Balaroa. Dusun Luso berjarak kurang lebih 7 km
dari pusat desa Balaroa yang hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki menyebrangi
2 sungai tanpa jembatan dan beberapa kali naik turun bukit.
Pada hari Sabtu, 2 November 2013 tim pelayanan DTPK dari
Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah, Dinkes Kabupaten Tolitoli, Puskesmas Ogotua
dan Pencerah Nusantara memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat di dusun
Luso. Dua buah mobil siap berangkat pagi
itu dengan membawa peralatan lengkap berupa obat-obatan, biskuit MPASI dan peralatan mandi yang akan dibagikan pada
masyarakat Luso. Tim yang ikut kala itu adalah dr. Jimmie dan 3 staffnya dari
Dinkes Provinsi, pak Nassar dan satu
perwakilan dari Dinkes Kabupaten, Perwakilan dari Puskesmas meliputi dr.
Mas’ati, Kak Kalsum, Kak Fadly, dan Pak Irfan. Sementara tim pencerah
Nusanatara terdiri dari Desy, Nia, Witri, dan Sugi. dr. Iim tidak ikut dalam
rombongan karena harus jaga poli umum di Puskesmas.
|
Mobil ambulance siap membawa kami ke Luso |
|
Petugas Puskesmas dan PN 2 siap memberikan pelayanan |
Pelayanan DTPK ke Luso merupakan pelayanan pertama yang
diberikan oleh Puskesmas Ogotua serta Dinkes ke wilayah tersebut. Sebelumnya
belum pernah ada pelayanan kesehatan ke daerah tersebut. Tak lupa, sebelum kami
naik ke atas kami memanggil Kepala Desa dan kader terlebih dahulu untuk ikut
naik ke dusun Luso. Pada awalnya, perjalanan bisa dilalui dengan mobil
ambulance, akan tetapi baru 1/3
perjalanan ambulance harus diparkir dan kami harus meneruskan perjalanan dengan
jalan kaki. Banyaknya barang yang harus kami bawa ke atas kami siasatin dengan
menyewa jasa tukang angkut barang yang disediakan oleh kepala desa dan sebagian barang dibawa bersama-sama dan kami
bagi-bagi seperti tas obat kami bawa berdua secara bergantian (Desy dengan Nia,
Witri dengan Sugi), dan kardus yang berisi MPASI diangkut bergantian antara Pak
Irfan dan Kak Fadly, sisanya kardus yang berisi peralatan mandi dibawa oleh
warga.
|
Perjalanan dimulai |
Saat mulai perjalanan dengan jalan kaki, kami sudah disambut
dengan sungai yang harus kami sebrangi secara langsung tanpa jembatan. Baju
yang basah sudah tidak kami pikirkan lagi, yang penting kami bisa sampai di
atas dan memberikan pelayanan yang terbaik kepada warga Luso. Setelah sungai,
beberapa bukit kami lewati dengan tanjakan dan jalan yang licin. Terlihat
beberapa kali beberapa staf Puskesmas maupun dari Dinkes yang berhenti sejenak
untuk mengatur napas. Setelah setengah perjalanan naik bukit dengan jalan
setapak yang licin, kami kembali bertemu dengan sungai yang begitu jernih
airnya dan baju yang kering sepanjang perjalanan kembali basah karena kami
harus menyebrangi sungai lagi. Ada
keunikan yang kami temui disungai yaitu ada semacam sumur galian yang sederhana
yang dibikin oleh warga di pinggir sungai untuk mendapatkan air bersih. Hal ini
terjadi karena segala aktivitas warga mulai dari mandi, mencuci, BAB, BAK dan
air untuk minum dilakukan di sungai tersebut, atau orang setempat menyebutnya
Koala.
|
Kak Fadly menyebrangi sungai sambil memanggul MPASI yang akan dibagikan |
|
|
Mari menyebrang... |
|
Tetap semangat melanjutkan perjalanan |
|
Perjalanan menuju dusun Luso |
Sungai kedua yang kami temui bukanlah akhir dari perjalanan
kami, kami harus terus menaiki bukit dan kami sampailah di atas bukit. Kami
semua menyangka bahwa kami telah sampai ternyata sampainya kami diatas bukit
barulah 2/3 dari perjalanan kami. Saat kami tanya kepada kepala desa ternyata
pemukiman warga masih ada di bawah dan kami harus menuruni bukit. Akhirnya,
sampailah kami di pemukiman warga Luso. Rasa lelah sepanjang perjalanan
terobati sudah ketika melihat rona bahagia dari ibu-ibu, anak-anak dan bapak-bapak
yang sudah berkumpul di balai warga menunggu kedatangan kami.
|
Sungai kedua yang harus disebrangi di tengah perjalanan |
|
Jalan penuh liku menuju Luso |
Tanpa menunggu lama, kegiatanpun dimulai dengan pembukaan
dari Pak Nassar dan dilanjutkan sambutan oleh dr. Jimmie. Setelah acara
sambutan dimulai, pelayanan pengobatan dan penimbangan balita pun di mulai.
Kami dari tim Puskesmas dan Pencerah Nusantara dibagi menjadi dua tim yaitu tim
pengobatan dan tim penimbangan balita. Tim Pengobatan terdiri dari Pak Irfan,
Nia, Desy, dr. Mas’ati, Kak Kalsum dan Kak Fadly. Sedangkan penimbangan balita
dilakukan oleh Witri dan Sugi. Antuasias warga terlihat sangat bagus saat
diberikan pelayanan kesehatan. Hal ini dibuktikan dengan datangnya semua warga
ke balai warga untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
|
Pak Nassar membuka acara |
|
dr.Jimmie memberikan sambutan |
Kegiatan pelayanan kesehatan DTPK pun berakhir, terlihat
masyarakat sangat puas dan kami pun senang bisa memberikan pelayanan kesehatan
di dusun tersebut yang tak tersentuh pelayanan publik apapun. Selain itu, ubi
dan singkong rebus yang baru matang lengkap dengan dabu-dabunya sedikit mengisi
perut kami yang ternyata mulai lapar. Sungguh nikmat hidangan sederhana yang
mereka sajikan dan dipanen langsung dari
kebun. Sebelum kami turun dan kembali ke rumah masing-masing, kami tutup sesi
pelayanan DTPK dengan foto bersama masyarakat dan berharap kami bisa kembali
mengunjungi mereka yang rasanya belum merasakan manfaat dari kemerdekaan
Indonesia ini. Mereka sama dengan kita semua, mereka adalah WNI yang berhak
mendapatkan hak-haknya sebagai warga negara Indonesia.
|
Foto bersama dengan tim dinkes provinsi, Puskesmas, dinkes kabupaten dan PN 2 |
|
Foto bersama masyarakat Luso |
|
Sumur sederhana dipinggir sungai |
@desyantieka
0 komentar:
Posting Komentar