Suasana puskesmas yang santai pada
Jumat pagi mendadak menjadi heboh karena kehadiran perawat pulau Simatang,
pulau sdi eberang desa Ogotua yang masih merupakan wilayah kerja puskesmas
Ogotua. Tampak wajahnya yang sangat panik, ketakutan dan pucat. Anaknya yang
baru berusia satu tahun tampak pucat, setengah tidak sadar dan lemas. Anaknya
sudah demam lebih dari 3 hari disertai diare dan muntah . Segera mereka
digiring menuju ruangan UGD dan dilakukan pemasangan infus untuk mengembalikan
cairan yang telah hilang dari tubuh sang anak.
Bersamaan dengan itu saya dan dr.
Mas’ati memeriksa kondisi pasien. Tampak kedaan umumnya yang lemah. Denyut nadi
dan frekuensi nafasnya jauh diatas nilai normal. Demamnya sangat tinggi.
Wajahnya pucat dan matanya cowong.Bunyi nafasnya tidak normal. Kami mencurigai anak ini terkena diare akut
disertai dengan dehidrasi yang berat dan adanya infeksi pada saluran
pernafasannya. Infus segera dipasang walaupun dengan susah payah di bagian kepala
dan pemasangan oksigen.
Kondisi anak tersebut sedikit
membaik dalam waktu setengah jam kemudian, namun masih dalam kondisi yang
mengkhawatirkan. Kami memutuskan bahwa pasien ini harus dirujuk karena
keterbatasan alat – alat yang tersedia di puskesmas. Sedikit dilema, karena
untuk merujuk peralatan yang kami miliki juga tidak lengkap. Bahkan untuk
oksigen selama perjalanan saja, kami tidak punya. Pasien sangat sesak, dan
proses rujuk ini harus dilakukan walau dalam segala keterbatasan. Tidak lupa
mengkomunikasikan kondisi dan resiko yang mungkin terjadi kepada orang tua
pasien tersebut.
Perjalanan dimulai. Kecepatan tinggi
langsung digeber supir ambulance. Selama perjalanan saya terus mengobservasi
pasien dan memberikan pertolongan yang dibutuhkan. Yang sangat dikhawatirkan
adalah kondisi sesak pasien dan demamnya yang tinggi. Di perjalanan terus saya
berusaha menurunkan demam pasien dengan peralatan seadaanya, hanya kasa yang
dibasahi air dan terus dipakai untuk mengompres pasien. Tidak banyak yang dapat
saya lakukan untuk membantu kondisi sesak pasien, kecuali memperbaik posisi
pasien agar lebih mudah bernafas.
Jalan yang berkelok – kelok, jarak
rujukan yang jauh, kecepatan yang aduhai dan konsentrasi saya yang penuh
terhadap pasien membuat kondisi saya di jalan menjadi tidak baik. Saya mulai
mual. Saya berusaha sebisa mungkin, konsentrasi saya bagi antara mengobservasi
pasien dan meilhat ke depan agar kondisi mabuk tidak memberat. Pasien tiba –
tiba kejang, segera saya masukan cairan melalui pantat pasien, kejang tidak
sampai lima menit dan akhirnya berhenti. Tidak dengan mabuk saya, tidak tahan
sayapun muntah di perjalanan. Tidak sempat beristirahat dari kondisi muntah,
saya kembali harus mengobservasi pasien dan memberikan pertolongan yang saya
bisa. Kondisi pasien bertambah buruk, ibu pasien mulai membacakan doa untuk
melepas sang anak, namun Tuhan berkehendak lain akhirnya pasien masih mampu
bertahan sampai di rumah sakit rujukan.
Sesampainya disana, langsung saja
tim UGD bertindak cepat dan memberikan pertolonga kepada pasien. Pasien kembali
kejang di UGD, kembali dimasukan cairan, kali ini melalui infus. Segera pasien
dimasukan ke ruangan intensif khusus anak – anak. Tidak bisa menemani terus
akhirnya saya meminta ijin untuk pamit karena harus pergi ke dinas dan mengurus
beberapa hal yang penting. Setelah itu kami kembali ke Ogotua dan sampai saat
malam.
Sampai di Ogotua, ternyata saya
mendengar cerita bahwa sebenarnya pasien tersebut telah demam lebih dari tiga
hari dengan keluhan sesak dan juga batuk. Pasien sempat dibawa perjalanan jauh
menggunakan sepeda motor. Setelah itu kondisi pasien memburuk dan akhirnya
diare dan muntah – muntah. Sungguh saya merasa sedikit kecewa, karena jika saja
pasien dibawa lebih cepat tentu saja kondisinya tidak akan seperti ini. Berdoa
agar pasien lekas sembuh kemudian saya pulang beristirahat.
Keesokan harinya , saya mendengar
kabar yang kurang menggembirakan. Pasien tersebut meninggal tepat jam 11 malam.
Segera setelah berdoa melepas kepergiannya, saya berusaha mengambil hikmah
melalui kejadian ini. Ini merupakan pengalaman yang berharga bagi saya,
mengobservasi pasien dalam keadaan yang mabuk berat, jarak perjalanan yang jauh
dan peralatan yang seadanya. Hal ini sungguh tidak mudah, dan merupakan
pembelajaran bagi saya.
Kejadian ini juga membawa peringatan
khusus kepada kami para petugas kesehatan. Selalu saja kami mengedukasi pasien
terkait kebiasaan mereka yang masih percaya dengan dukun dan mitos – mitos
lainnya. Sering mereka datang ke puskesmas dalam keadaan terlambat. Ironis, di
tengah gencarnya edukasi tersebut ternyata musibah terjadi pada salah satu
tenaga kesehatan yang ada. Seandainya pasien dibawa lebih cepat, mungkin
keadaan bida berbeda. Semua telah terjadi dan tidak ada yang bisa dirubah.
Semoga sang anak tenang disana. Melalui kejadian ini, kami paham bahwa masalah
bukan hanya terjadi di masyarkat, tapi juga di lingkup kami para petugas
kesehatan.
~ dr. Lanang Andi ~
Dokter Pencerah Nusantara Ogotua Angkatan III
0 komentar:
Posting Komentar